Peristiwaw - Bicara investasi, saham memang menjadi salah satu investasi yang digandrungi banyak orang. Namun, memasuki 2021, ada juga nih instrumen investasi alternatif yang bisa dicoba oleh generasi muda, yakni securities crowdfunding.
Securities crowdfunding adalah pengembangan dari skema equity crowdfunding yang sudah ada lebih dulu. Equity crowdfunding adalah investasi melalui platform fintech dengan skema berbagi kepemilikan saham untuk bisa mendapatkan modal bisnis.
Jadi, investor yang memiliki dana benar-benar bisa memiliki bisnis itu dalam porsi kepemilikan sesuai dengan modal yang diberikan. Skema ini berbanding terbalik dengan peer to peer lending (P2P lending) yang sudah ada lebih dulu, yakni skema mempertemukan investor dengan debitur dengan tujuan untuk pinjam-meminjam uang.
Equity crowdfunding
Nah, di awal 2021 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkenalkan lagi yang namanya securities crowdfunding Indonesia. Sebenarnya, securities crowdfunding ini hampir mirip seperti equity crowdfunding, bedanya di securities crowdfunding, sumber pendanaan tidak hanya dari melepas saham, tetapi juga surat utang seperti obligasi dan sukuk.
Securities crowdfunding pun terbagi menjadi tiga jenis, yakni penerbit saham atau obligasi untuk UMKM, properti, dan sektor kreatif serta startup.
Akhir 2020 kemarin, securities crowdfunding juga resmi memiliki asosiasi, yakni Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI). Nantinya, semua fintech di bidang securities crowdfunding akan tergabung ke dalam asosiasi ini.
Sejauh ini, baru ada empat securities crowdfunding yang sudah mendapatkan izin Otoritas Jasa keuangan (OJK). Keempat fintech urun dana itu antara lain Amartha. Di luar keempat fintech itu, ada 19 fintech yang lagi dalam proses pendaftaran izin ke OJK.
Mirip Saham, tapi Lebih ke UMKM
Jika investasi saham memang lagi ngetren saat ini, skema investasi di layanan urun dana ini juga mirip seperti investasi saham. Jadinya, nanti UMKM ada yang melepas sahamnya yang bisa dibeli oleh publik. Dari situ, investor bisa mendapatkan keuntungan berupa dividen dari keuntungan bisnis tersebut. Soalnya, investor akan tergabung menjadi salah satu pemegang saham juga.
Beberapa layanan urun dana pun mulai mengembangkan pasar sekunder untuk mentransaksikan saham yang dimiliki investor di sana. Sejak aturan dari OJK dirilis sejak akhir 2019, baru beberapa fintech urun dana yang memiliki pasar sekunder. Teranyar, Bizshare baru saja meluncurkan pasar sekundernya pada Februari 2021 silam.
Di pasar sekunder ini, investor benar-benar seperti bertransaksi saham seperti di BEI. Nah, fungsi pasar sekunder ini sebagai exit strategy para investornya dan juga kesempatan untuk UMKM melakukan buyback saham yang telah dilepas.
Dari pasar sekunder itu juga, investor bisa mendapatkan keuntungan tambahan selain dari dividen, yakni capital gain alias keuntungan dari selisih harga beli dengan harga jual.
Kelebihan Urun Dana
Salah satu kelebihan investasi di layanan urun dana adalah investor akan terlibat langsung untuk membantu permodalan UMKM. Jadi, bisnis skala kecil itu bisa saja menjadi naik kelas dan menjadi lebih besar lagi dengan kontribusi modal yang diberikan.
Artinya, dampak investasi di layanan urun dana bakal lebih terasa ketimbang investasi di saham perusahaan besar. Soalnya, investasi saham di bursa efek yang dilakukan saat ini adalah transaksi di pasar sekunder yang tidak memberikan efek ke perusahaan yang ditransaksikan.
Lalu, untuk masuk jadi investor lewat penerbitan saham perdana atau IPO juga persaingannya cukup berat. Investor ritel bakal sulit bersaing untuk mendapatkan jatah IPO dengan investor institusi.
Untuk itu, investasi urun dana bisa jadi solusi bagi kamu yang ingin berinvestasi dan merasakan dampaknya secara langsung. Sudah siapkah kamu untuk jadikan layanan urun dana sebagai alternatif investasi?
Posting Komentar untuk "Alternatif Investasi di Tengah Pandemi, Bantu UMKM Untung Berlipat"